Dunia yg aku pikir tidak ada trik dan rekayasa. Dunia yg aku pikir tidak tersentuh dgn kepalsuan dan trik politik. Ternyata aku salah besar. Kenyataan itu terpapar nyata dihadapanku. Dadaku sesak. Airmataku hampir saja menderu berteriak dan berkejaran keluar. Hatiku bertanya. Lalu apa yg aku lakukan selama ini? Untuk apa? Lalu untuk ada absen dan penilaian harian jika akhirnya semua lulus demi reputasi sekolah dan nama kota. Aargghh...aku kecewa. Apa yg aku lakukan selama ini terasa sia-sia. Seakan-akan hilang,terhapus dan melayang.
Lalu apa yg kita dapatkan? Kenyataan bahwa inilah dunia yg aku geluti selama ini. Kepalsuan yg nyata hadir diantara kepingan mutiara yg sesungguhnya. Menghasilkan kemalasan dan kebodohan yg tak terkira. Karena anak-anak itu mampu melihat dan menilai dia yg bodoh saja tetap lulus dan ijasah miliknya. Tak perlu jadi rajin dan pandai. Cukup begini saja. Aku terpaku. Idealismeku terkunci dikepalaku dan aku terjebak di tempat itu. Lalu siapa yg perduli pada itu?
Arrggh aku tidak bisa terus disini. Aku tidak mau terjebak lagi disini.
Akhir tahun ajaran, akupun mengundurkan diri. Beberapa guru senior memahami kegelisahan jiwaku akan apa yg telah berlaku dan mereka mau aku tak lagi kembali ketempat itu.
Usai sudah kisahku ditempat itu pada hari itu.
Dunia memang semakin kejam. Segala kejujuran semakin hilang digerus zaman... Kita hanya bisa bersabar dan mencoba mengupayakan yang terbaik...
BalasHapusCinta abstrak, Aoi Ciel. (n_n)
Ah ya betul begitu. Hanya saja ada yang terluka di jiwa. Ada teriakan yang percuma saja diungkapankan dan tentu akan di abaikan begitu saja. Kapan kita bisa belajar dan maju dengan kemampuan anak-anak bangsa yang sungguh berdiri dengan kaki sendiri dan bukannya hanya karena belas kasihan saja. Entahlah.
HapusAt least aku berusaha untuk bisa memberikan yang terbaik yang aku bisa. Sisanya hanya biarkan waktu yang menjawabnya:)