Pengunduran diriku, aku utarakan secara lisan pada kepala sekolah dan ketua yayasan dan disaksikan beberapa staf guru. Mereka pun tetap pada keputusan tdk menerima pengunduran diriku. Mereka lebih siap mengeluarkan anak itu daripada menerima pengunduran diriku karena sesungguhnya bukan aku yg membuat skandal. Aku tidak mau masalah ini sampai membuat anak ini di drop out. Aku pun meminta waktu untuk bicara kembali dengannya. Mereka pun memfasilitasi pertemuan itu karena anak ini tidak lagi mau menemuiku hanya untuk mendengar penolakanku.
Ruang guru cukup sepi karena memang jam pelajaran tengah berlangsung. Hanya ada beberapa guru yang ada. Pembicaraan kami cukup panas karena ia sama sekali tidak mau menerima alasanku. Aku tahu ia pembicaraan ini berakhir dengan sia-sia. Yang tidak aku tahu adalah akhir dari pembicaraan ini seperti apa. Ia berdiri dan menggebrak mejaku,menatapku tajam seraya berkata; “Ibu tidak mengerti perasaanku”. Ia pun berlalu meninggalkanku dengan perasaan yg kacau balau dan syok. Tidak pernah seorangpun melakukan hal itu padaku sebelumnya. Mejaku digebrak dgn kemarahan, kepedihan,putus asa,merasa tdk dimengerti yang bersatu padu.
Tak pernah terpikir olehku kalau seorang muridku akan melakukan hal ini padaku. Seorang murid sma kelas 1 yg baru berumur 15 tahun,menggebrak mejaku seakan-akan aku telah melakukan sebuah kesalahan fatal. Aku mencoba menahan airmataku dan tidak menangis. Menahan segala rasa yg bergolak dihatiku. Aku tidak berkata apa-apa. Aku bungkam karena jika satu kata saja terucap maka tangisku akan meledak. Guru yg menyaksikan kejadian itu pun bungkam. Ia hanya menatapku iba. Mungkin ia pun tak tahu hendak berkata apa dan sama syoknya dgnku atas apa yg baru saja berlaku.
Emosi dan kesiapan mentalku sungguh diuji kali ini. Pendalian diri dan pemahaman akan perasaannya dan berempati padanya. Mengajariku untuk tidak membenci dan menyerang balik atas apa yg ia lakukan padaku.
Setelah hari itu, ia mendapat surat peringatan keras dan harus mematuhi aturan jika tidak maka akan di drop out. Aku kembali menata hatiku yang sempat tergoyahkan dan hampir berantakan karena kejadian itu. Ia masuk kembali di kelasku tp hanya sekadar bayangan. Aku tdk mau mempermasalahknannya lagi. Ia masih mengirimiku sms tp bukan lg sms cinta tapi patah hati. Aku bergeming. Aku bungkam dan membiarkannya begitu. Karena ia tidak akan berhenti jika tetap kutanggapi. Perlahan kisah inipun terlewati waktu dan jadi kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar